asalamualaikum wr wb

SELAMAT DATANG :)
salam ukhuwa..
terimakasih sudah mampir ke blog saya, disni saya akan berbagi tentang ilmu2 & informasi yg insyaallah bermanfaat buat kita smua, dsini kalian boleh share atau berkomentar..

Sabtu, 11 Juni 2011

Akhlaq yang Mulia




Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya
Rasulullah SAW. Bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”1
Tulisan kali ini akan membahas sekilas tentang akhlaq yang mulia. Tulisan ini kami sarikan dari kutaib berjudul “Makaarimil Akhlaq” oleh syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah*).Semoga bermanfaat.
Pengertian Akhlaq
Sebagaimana dikatakan ahli ilmu akhlaq adalah gambaran batin seseorang. Sesungguhnya seorang manusia memiliki dua gambaran, fisik dan batin. Sebagaimana fisik seseorang ada yang bagus ada yang jelek demikian juga batin seseorang ada yang baik ada yang buruk.
Akhlaq : Bawaan atau Hasil Latihan?
Tidak diragukan lagi bahwa akhlaq ada yang bawaan ada juga yang hasil usaha dan latihan. Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Asyaj ‘Abdul Qois radhiyallahu ‘ahnu,
إن فيك لخصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة
“Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa.”2 Lalu dia berkata, Ya Rasulallaha apakah aku yang mengusahakannya atau Allah yang telah menjadikan sifat tersebut padaku? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Allahlah yang telah menjadikan kedua sifat tersebut padamu.3
Ini adalah dalil bahwa akhlaq itu bawaan yang telah dikaruniakan Allah pada seseorang. Selain itu dengan usaha dan latihan seseorang juga bisa memiliki akhlaq yang baik -insyaallah akan datang penjelasannya-. Mana yang lebih utama akhlaq bawaan atau yang hasil latihan? Tidak diragukan bahwa akhaq bawaan itu lebih sempurna karena merupakan sifat aslinya. Namun, seseorang yang memikinya atas hasil usaha dan latihan maka ia mendapat pahala lebih atas perjuangan dan kesungguhanya untuk memiliki akhaq tersebut.
Cakupan Akhlaq yang Mulia
Kebanyakan orang memahami bahwa akhlaq yang mulia berkaitan mu’ammalah dengan makhluq saja tidak berkaitan muammalah kepada khaliq. Ini adalah pemahaman yang sempit. Sesungguhnya akhlaq yang mulia itu meliputi mu’ammalah dengan Allah (al Khaliq) dan sesama makhluq.
Pertama: Akhlaq yang Mulia dalam Bermu’ammalah dengan Khaliq
Akhlaq yang baik dalam bermuammalah dengan al Khaliq meliputi tiga perkara : membenarkan berita (khabar) dari Allah, menerima dan mengamalkan syariatNya , sabar dan ridho dengan taqdirNya.
1. Membenarkan Berita (Khabar) dari Allah
Hendaknya seorang muslim membenarkan dan yakin dengan setiap sesuatu yang diberitakan Allah baik dalam al Qur’an ataupun lewat hadist-hadist Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Tidak selayaknya dia ragu atau menolak berita tersebut karena Allah subhanu wa ta’ala adalah Dzat yang paling benar perkataannya, sebagaimana firmaNya,
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ حَدِيثاً
Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ? ( an Nisa: 87)
Contoh dalam hal ini :
Tentang hadist lalat , seperti dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda,
إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِيْ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ فَإِنَّ فِيْ إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِيْ الآخَرِ شِفَاءً
“Apabila lalat jatuh di bejana salah satu diantara kalian maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya”.4
Wajib bagi kita untuk menerima khabar ini dengan akhaq yang baik, tidak boleh kita menentangkannya dengan akal atau yang lainnya. Karena apa yang diberitahukan Rasulullah itu pasti benar karena merupakan wahyu dari Allah**).
2. Menerima dan Mengamalkan SyariatNya (AhkamNya)
Tidak boleh menolak sedikitpun syariat yang telah diturunkanNya karena termasuk akhlaq yang jelek pada Allah subhanahu wa ta’ala. Sama saja menolak karena inkar, karena sombong, ataupun karena menyepelekan/lalai untuk mengamalkan syariatNya.
Contoh dalam hal ini :
Syariat Shalat , tidak diragukan lagi bagi sebagian orang shalat terasa berat yaitu bagi orang-orang fasiq dan munafiqin. Sebagaimana Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam,
“Seberat-berat shalat bagi kaum munafiqin adalah shalat Isya dan Fajar”5. Adapun bagi orang-orang yang memiliki akhlaq yang baik pada Allah mereka merasa mudah dalam menjalaninya. Allah berfirman,
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (al Baqarah : 45)
Bahkan bagi seorang yang beriman shalat itu terasa nikmat hatinya selalu terikat padanya, sebagaimana sabda Rasulullah,
وجعلت قرة عيني في الصلاة
”Dijadikan kesenanganku pada shalat”6
3. Sabar dan Ridho dengan TaqdirNya
Kita semua mengetahui bahwa tidak semua takdir Allah itu membuat hati kita senang. Sakit misalnya, tentu hati kita tidak senang padanya karena semua orang pasti ingin sehat. Begitu juga dengan musibah, kemiskinan , kebodohan dan lainnya. Dengan hikmahNya Allah mentaqdirkan bagi hambaNya keadaan yang bermancam-macam ada yang menyenangkan ada yang tidak. Lalu bagaimana akhlaq yang baik dalam menerima takdir dari Allah? Tidak lain dengan sabar dan ridho meskipun secara tabi’at hati tidak senang mendapatkannya. Beruntunglah orang-orang yang bersabar dalam menerima takdir dari Allah,
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (al Baqarah : 155-156)
Kedua: Akhlaq yang Mulia dalam Bermu’ammalah dengan Sesama Makhluq
Beberapa ulama memberi penjelasan tentang akhlaq yang baik dengan sesama manusia. Diantaranya Hasan Al Bashri rahimahullah , beliau mendefinisikannya dengan:
الأخلاق كف الأذى وبذل الندى وطلاقة الوجه
Mencegah untuk tidak menyakiti, suka memenuhi permintaan(menolong), dan wajah yang berseri-seri
Benar, akhlaq yang baik sesama manusia berkisar 3 hal pokok tersebut. Berikut penjelasan singkatnya :
1. Berusaha untuk Tidak Menyakiti (كف الأذى)
Hendaknya seorang muslim berusaha mencegah dirinya dari menyakiti orang lain baik yang berkaitan dengan harta, kehormatan atau lainnya. Sehingga tidak dikatakan orang yang memiliki akhlaq yang baik jika dia suka menyakiti orang lain baik. Seperti menipu, khianat, dusta, ghibah, melanggar hak-hak orang lain dan lainnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
وَاللهِ لَايُؤْمِنُ, وَاللهِ لَايُؤْمِنُ, وَاللهِ لَايُؤْمِنُ . قِيْلَ: مَنْ يَا رَسُوْ لَ اللهِ؟ قَالَ أَلَّذِيْ لَايَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman!
Nabi . ditanya, “Siapa, wahai Rasulullah?
Nabi . menjawab, “yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman kerana perbuatannya.” 7
2. Suka Memenuhi Permintaan/Menolong (وبذل الندى)
Jika kita melihat seseorang yang mengorbankan/mendermakan hartanya serta mencurahkan kekuatan untuk membantu orang lain dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, maka kita katakan orang tersebut berakhaq baik. Rasulullah bersabda,
اتق الله حيثما كنت , وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن
“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”8
Bergaul dengan baik maksudnya suka membantu, suka memaafkan dan lainnya. Sebagaimana firmanNya,
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Al Imran: 134)
3. Wajah yang Berseri-seri (وطلاقة الوجه)
Hendaknya seorang muslim senantiasa bermuka ceria atau berseri-seri, jangan sebaliknya senantiasa cemberut atau muram. Sebagaimana Rasulullah bersabda,
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Jangan engkau menyepelekan untuk berbuat baik meski sekedar berjumpa dengan sahabatmu dengan wajah yang berseri-seri”9
Selain itu salah satu bentuk Akhlaq yang baik adalah hendaknya seseorang bersikap baik pada keluarga serta kerabat dekatnya. Sungguh disayangkan seseorang bersikap baik pada orang lain tetapi bersikap kurang baik pada keluarga sendiri. Padahal Rasulullah bersabda,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِيْ
“sebaik-baik kalian adalah yang baik pada keluarganya, sesungguhnya aku adalah sebaik-baik kalian bagi keluargaku”10
Bagaimana Usaha untuk Memiliki Akhlaq yang Mulia
Sebagaimana disampaiakan diatas bahwa akhlaq yang baik selain karena faktor bawaan juga bisa dimiliki dengan usaha dan latihan. Bagaimana caranya? Diantaranya adalah dengan berikut ini :
1. Merenungi Al Qur’an dan As Sunnah
Renungi ayat-ayat dan hadist yang memuji akhlaq yang baik serta balasan pahala yang akan diterima bagi yang memilikinya.
2. Bergaul dengan Orang yang Berakhlaq Baik
Tidak diragukan lagi teman atau lingkungan sangat berpengaruh pada pribadi seseoarang. Hendaknya bergaul dengan orang yang baik jika ingin baik. Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
‘Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk (sepergaulan) yang buruk adalah seperti pembawa misk (minyak wangi) dan pandai besi. Si pembawa misk mungkin akan memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli minyak itu darinya atau engkau mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan pandai besi, mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu dapati bau yang busuk darinya.11
3. Merenungkan Akibat dari Akhlaq yang Buruk
Sesungguhnya akhlaq yang buruk tidak mendatangkan kecuali kejelekan. Orang yang mau merenungi akibat buruk yang ditibulkan dari akhlaq yang buruk pasti akan berusaha untuk menghindarinya. Sebaliknya dia akan menghiasi dirinya dengan akhlaq yang baik.
- Bersambung insyaallah dengan judul “Rasulallah: Uswatun Hasanah”
Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulallah serta keluarga dan sahabatnya.
Selesai ditulis di Riyadh, 7 Rabi’ul Awwal 1432 H (10 Februari 2011)
Abu Zakariya Sutrisno
Artikel: www.thaybah.or.id / www.ukhuwahislamiah.com
Catatan:
*) Diterbitkan oleh Yayasan Syaikh Muhammad al Utsaimin berdasar ceramah beliau tahun 1417H di markaz Unaizah. **) Lihat tulisan Ust Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi hafidhahullah seputar hadist lalat.
Maraji’ :
[1]. Diriwayatkan Baihaqy dalam al Kubra (10/191), al Qudhaa’i dalam musnad asy Syihaab(2/192), ibnu Hisam al Hindy dalam Kanzul al ‘Umaal (3/9), ar Razi dalam al Fawaaid (1/122). Al Hakim mengatakan hadits ini shohih sebagaimana syarat Muslim dan disetujui oleh adz Dzahabiy.
[2]. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[3]. Diriwayatkan Abu Dawud dalam Kitab Adab (5225)
[4]. Diriwayatkan Bukhari dalam kitab Bada-u Al Khalq (3320)
[5]. Diriwayatkan Bukhari dalam kitab Adzan bab keutamaan shalat berjama’ah (657). Muslim dalam kitab Masaajid dan Mawaadhi’I Shalat bab keutamaan shalat berjama’ah (651)
[6]. Diriwayatkan Ahmad (11774). Nasa’I (3939)
[7]. Diriwayatkan Bukhari dalam kitab Adab (6016).
[8]. Ahmad (20847), Tirmidzi (1987) ia telah berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih.
[9]. Diriwayatkan Muslim (2626)
[10]. Diriwayatkan Tirmidzi (3895), Ibnu Majah (1977)
[11]. Diriwayatkan Bukhari (2101), Muslim (2627)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar